Mayoritas Driver Ojol Terancam PHK jika Status Diubah
kisahjelas.com – Penyedia layanan ojek online (ojol) belum mengambil keputusan terkait perubahan status mitra driver menjadi pegawai. Direktur Bisnis inDrive Indonesia, Ryan Rwanda, menjelaskan bahwa perubahan status ini akan berdampak signifikan pada efisiensi operasional. Bila aturan ini diterapkan, perusahaan harus mematuhi regulasi ketenagakerjaan yang berlaku. Hal ini termasuk pemberian jaminan sosial, asuransi, dan pengaturan jam kerja bagi driver.
Menurut Ryan, jika pengemudi ojol diubah statusnya menjadi pegawai tetap, sekitar 90% mitra driver bisa diputus kontraknya. Perusahaan akan lebih selektif dalam merekrut driver agar memenuhi standar karyawan formal. Ia menegaskan bahwa dalam simulasi internal, hanya sekitar 10% hingga 13% driver yang kemungkinan besar akan tetap aktif. Hal ini karena beban biaya tambahan bagi perusahaan akan meningkat signifikan.
“Baca Juga: Penyebab Alergi Muncul Saat Cuaca Dingin”
Perubahan status ini mengharuskan aplikator memberikan asuransi ketenagakerjaan dan kesehatan kepada driver. Beban tanggung jawab perusahaan akan meningkat, mulai dari seleksi ketat hingga pemberian hak-hak pekerja formal. Ryan menyebutkan bahwa pendapatan driver aktif bisa turun hingga 7% per bulan. Dengan tanggung jawab yang semakin besar, aplikator harus melakukan efisiensi, termasuk pengurangan jumlah mitra driver secara drastis.
Chief of Public Affairs Grab, Tirza R Munusamy, menyebutkan bahwa mitra driver Grab berasal dari tiga latar belakang utama. Pertama, mereka yang tidak memiliki pekerjaan tetap. Kedua, pekerja tetap yang ingin menambah penghasilan. Ketiga, individu seperti mahasiswa atau ibu rumah tangga yang memanfaatkan waktu luang. Tirza menegaskan bahwa fleksibilitas waktu menjadi daya tarik utama sistem kemitraan ini. Jika status mereka diubah menjadi pegawai tetap, maka fleksibilitas akan hilang karena adanya ikatan kontrak kerja.
Menurut Tirza, perubahan status tidak sesuai dengan karakteristik mayoritas mitra driver saat ini. Ia menambahkan bahwa sistem kepegawaian justru dapat menurunkan jumlah driver secara signifikan. Hak dan kewajiban dalam kontrak kerja akan mengurangi daya tarik profesi ini sebagai pilihan fleksibel.
Presiden On-Demand Services GoTo, Catherine Hindra Sutjahyo, menyampaikan pandangan serupa. Ia menyatakan bahwa sistem kemitraan lebih menarik karena memberikan kebebasan kepada driver untuk bekerja kapan pun mereka mau. Menurutnya, hal ini sangat membantu ekosistem digital dalam menyerap lebih banyak tenaga kerja informal. Sistem mitra dinilai lebih sesuai untuk mendukung keberagaman latar belakang driver dan menciptakan inklusivitas ekonomi.
“Baca Juga: Bill Gates Kritik Elon Musk atas Penutupan USAID”