Kisah jelas – Kanker payudara adalah salah satu jenis kanker yang paling umum di dunia, dan salah satu subtipe yang memerlukan perhatian khusus adalah kanker payudara HER2-Positif. Kanker ini dikenal lebih agresif dan memiliki kecenderungan untuk menyebar dengan lebih cepat dibandingkan subtipe lainnya. Namun, akses terhadap pemeriksaan dan pengobatan yang tepat untuk jenis kanker ini sering kali terbatas, terutama di daerah-daerah yang jauh dari pusat-pusat medis besar.
Menurut publikasi dalam “Metastatic HER2-Positive Breast Cancer: Is There an Optimal Sequence of Therapy? Curr Treat Options Oncol,” sekitar 15-20 persen kasus kanker payudara adalah HER2-Positif. Pemeriksaan HER2 (Human Epidermal growth factor Receptor 2) memainkan peran krusial dalam menentukan jenis terapi yang akan diberikan kepada pasien. Dengan mengetahui status HER2, dokter dapat memberikan terapi yang lebih sesuai, yang terbukti dapat meningkatkan tingkat kelangsungan hidup dan mengurangi risiko kekambuhan.
Namun, tantangan utama muncul dalam akses terhadap tes HER2 ini. Di berbagai rumah sakit besar di kota-kota seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan, pemeriksaan ini umumnya tersedia. Namun, bagi pasien yang tinggal di daerah terpencil seperti Ambon atau Nusa Tenggara Timur (NTT), mendapatkan akses ke tes ini bisa sangat sulit. Pasien sering kali harus mengirimkan sampel ke kota lain yang memiliki fasilitas lebih lengkap, menambah beban bagi mereka yang sudah menghadapi tantangan kesehatan.
“Baca juga: Penyempitan Pembuluh Darah Risiko Stroke”
“Akses terhadap tes ini bisa lebih sulit di daerah terpencil, seperti Ambon atau NTT,” ujar Dr. Cospiadi, SpPD, KHOM, Konsultan Hematologi Onkologi Medik. “Seringkali pasien harus mengirimkan sampel ke kota lain yang fasilitasnya lebih lengkap. Hal ini tentu menambah tantangan bagi pasien di wilayah tersebut.”
Menurut Dr. Cospiadi, tes HER2 sangat penting untuk penanganan kanker payudara. Dengan mengetahui status HER2, dokter dapat merancang terapi yang lebih spesifik dan efektif, yang pada gilirannya meningkatkan kemungkinan pasien untuk bertahan hidup dan mengurangi risiko kekambuhan kanker. Peningkatan kesadaran dan akses yang merata untuk tes HER2 di seluruh wilayah Indonesia menjadi kunci untuk meningkatkan prognosis pasien kanker payudara.
Tradisionalnya, kanker payudara dikategorikan sebagai HER2-Positif atau HER2-Negatif. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa sekitar 55 persen kasus kanker payudara termasuk dalam kategori baru yang disebut HER2-Low. Diagnosa kanker payudara HER2-Low dilakukan melalui metode Immunohistochemistry (IHC) atau In Situ Hybridization (ISH).
Pada tahun 2022, FDA menyetujui penggunaan trastuzumab deruxtecan. Sebuah antibody-drug conjugate (ADC) yang tidak hanya menargetkan HER2-Positif tetapi juga efektif untuk kanker payudara HER2-Low. Dalam uji klinis, terapi ini menunjukkan hasil yang sangat menjanjikan: untuk kanker HER2-Positif. Terapi ini dapat memperpanjang kesintasan bebas penyakit hingga empat kali lipat dibandingkan dengan terapi standar. Sementara untuk HER2-Low, terapi ini dapat memperpanjang kesintasan bebas penyakit dua kali lipat dibandingkan kemoterapi, dengan peningkatan umur hidup sekitar enam bulan lebih lama.
Terapi yang menargetkan HER2 memberikan banyak keuntungan dibandingkan kemoterapi tradisional. Selain efektivitas yang tinggi dalam memperlambat dan menghentikan pertumbuhan kanker payudara HER2-Positif, terapi ini juga memiliki efek samping yang lebih kecil. Selain itu, terapi target HER2 juga dikenal dapat meningkatkan kelangsungan hidup dan mengurangi risiko kekambuhan pada pasien. Saat ini, terapi HER2 tidak hanya menggunakan satu jenis obat. Tetapi kombinasi dari beberapa obat, seperti Trastuzumab dan Pertuzumab. Yang telah menunjukkan hasil yang lebih baik dalam memperpanjang masa hidup pasien dibandingkan dengan terapi tunggal sebelumnya.
“Simak juga: Inovasi Terbaru dalam Mengatasi Dislipidemia, Memahami Ancaman Penyakit Jantung”
Prognosis untuk pasien dengan kanker payudara HER2-Positif bisa sangat bervariasi. Pada stadium awal, pasien memiliki peluang lebih tinggi untuk bebas penyakit selama 5-10 tahun. Terutama jika mereka menerima terapi yang tepat. Namun, untuk kanker stadium lanjut, fokus pengobatan beralih ke perawatan paliatif. Yaitu untuk meningkatkan kualitas hidup pasien daripada penyembuhan penyakit itu sendiri. Terapi paliatif lebih berfokus pada pengurangan gejala, nyeri, dan stres yang diakibatkan oleh penyakit.
Akses yang terbatas terhadap tes HER2 di daerah terpencil menjadi salah satu tantangan besar dalam penanganan kanker payudara di Indonesia. Peningkatan akses dan kesadaran akan pentingnya tes ini sangat penting untuk meningkatkan prognosis pasien. Dengan adanya perkembangan terbaru dalam terapi HER2 dan pendekatan yang lebih spesifik. Harapan untuk pasien kanker payudara HER2-Positif dan HER2-Low semakin meningkat. Upaya untuk meratakan akses ke pemeriksaan dan pengobatan akan memainkan peran kunci dalam perbaikan hasil kesehatan bagi pasien di seluruh negeri.