Kisah jelas – Saat ini menghadapi tantangan serius dalam penanganan tuberkulosis di indonesia dengan jumlah kasus yang menjadikannya negara kedua terbanyak di dunia setelah China. Dengan target ambisius untuk mengeliminasi TBC pada tahun 2030, sinergi antar lembaga dan strategi terintegrasi menjadi sangat penting. Artikel ini akan menguraikan situasi terkini TBC di Indonesia, tantangan yang dihadapi, serta langkah-langkah strategis yang diperlukan untuk mengatasi masalah ini secara efektif.
Indonesia masih berada di peringkat kedua dunia dalam hal kasus tuberkulosis, di belakang China. Berdasarkan data dari Global TB Report 2023, Indonesia memiliki estimasi 1,06 juta kasus TBC dengan sekitar 134 ribu kasus kematian per tahun. Angka ini mencerminkan peningkatan signifikan dari tahun sebelumnya, dimana pada 2022 terdapat 724.000 kasus baru, yang meningkat menjadi 809.000 kasus pada 2023.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan, dr. Imran Pambudi, menjelaskan, “Peningkatan kasus ini sebagian besar disebabkan oleh penurunan jumlah tes selama pandemi COVID-19. Hal ini menyebabkan penundaan dalam deteksi dan penanganan TBC, yang trennya diperkirakan akan terus meningkat hingga tahun 2024.”
“Baca juga: Porsi Sarapan Besar Menyehatkan Tubuh, Mitos atau Fakta?”
Peningkatan jumlah kasus TBC menandakan perlunya strategi yang lebih baik dalam deteksi dan pengobatan penyakit ini. Salah satu tantangan utama adalah keterbatasan akses dan layanan kesehatan, terutama di daerah-daerah terpencil dan kurang terlayani. Studi Patient Pathway Analysis (2017) menunjukkan bahwa 74% masyarakat lebih memilih mengakses layanan kesehatan di fasilitas kesehatan swasta ketimbang di fasilitas kesehatan pemerintah.
Hal ini menunjukkan adanya gap dalam penyampaian layanan kesehatan antara sektor swasta dan pemerintah yang perlu diatasi. Salah satu upaya untuk mengatasi masalah ini adalah melalui penguatan District-based Public Private Mix (DPPM), yaitu kerjasama antara fasilitas kesehatan swasta dan pemerintah untuk meningkatkan akses dan kualitas layanan TBC.
Untuk mempercepat penemuan dan pengobatan kasus TBC, pemerintah Indonesia bersama berbagai pihak telah merancang strategi sinergi multisektor. Salah satu langkah yang diambil adalah penguatan pendekatan Public Private Mix (PPM), yang bertujuan untuk meningkatkan kolaborasi antara sektor publik dan swasta.
dr. Nurul Luntungan MPH, Ketua Yayasan STPI, mengungkapkan. “Pemerintah telah berupaya memperkuat eliminasi TBC melalui pendekatan PPM dan kolaborasi lintas sektor. STPI telah mendukung upaya ini dengan melakukan advokasi PPM di sembilan daerah. Termasuk penguatan kapasitas pemerintah daerah, mobilisasi anggaran, dan penguatan jejaring PPM.”
Kerjasama multisektor yang efektif diperlukan untuk meningkatkan akses layanan kesehatan dan mempercepat proses deteksi dan pengobatan TBC. Alasan masyarakat yang lebih memilih fasilitas kesehatan swasta antara lain adalah kemudahan akses dan layanan yang lebih cepat dibandingkan dengan fasilitas kesehatan publik.
“Simak juga: Oppo Reno 12 Series, Teknologi Perlindungan Ekstrem”
Pemerintah dan lembaga terkait perlu memperkuat kebijakan dan strategi untuk mengatasi masalah ini. “Kejadian bolak-balik antara rumah sakit, puskesmas, dan klinik adalah kenyataan yang kita hadapi saat ini. Dengan strategi PPM, diharapkan bisa mengurangi permasalahan tersebut. Namun, kebijakan yang memadai di setiap daerah masih diperlukan untuk mendukung penguatan sistem kesehatan,” tambah dr. Imran Pambudi.
Pemerintah dan semua pemangku kepentingan harus bersinergi untuk mengatasi tantangan ini dan mewujudkan eliminasi TBC di Indonesia. Dengan upaya yang terkoordinasi dan strategi yang efektif, diharapkan Indonesia dapat menurunkan peringkatnya dan mencapai target eliminasi pada tahun 2030.