Mitos atau Fakta: Makan Telur Sebabkan Bisul?
kisahjelas.com – Bisul atau dalam istilah medis disebut furunkel, merupakan infeksi pada kulit yang ditandai dengan benjolan merah berisi nanah. Kondisi ini terjadi saat bakteri Staphylococcus aureus masuk ke dalam folikel rambut melalui luka kecil, goresan, atau gigitan serangga. Bakteri ini sebenarnya hidup normal di kulit, hidung, dan tenggorokan manusia. Namun, ketika masuk ke jaringan kulit yang lebih dalam, infeksi bisa berkembang. Reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap infeksi akan memicu peradangan dan pembentukan nanah. Anak-anak cenderung lebih mudah mengalami bisul karena sering bermain di tempat kotor dan menyentuh wajah atau tubuh tanpa mencuci tangan.
“Baca Juga: Apple Rilis WatchOS 26 dengan Fitur Baru untuk Apple Watch”
Di masyarakat, masih banyak yang percaya bahwa terlalu sering makan telur bisa menyebabkan bisul. Dugaan ini mungkin berasal dari penampilan nanah yang mirip dengan kuning telur, baik dari segi warna maupun tekstur. Namun, hingga kini belum ada bukti ilmiah yang mendukung anggapan tersebut. Telur tidak mengandung zat yang dapat memicu infeksi kulit secara langsung. Kepercayaan ini lebih merupakan mitos turun-temurun tanpa dasar medis. Bahkan, telur justru dikenal sebagai sumber gizi penting bagi tubuh karena kaya akan protein, vitamin A, vitamin D, omega-3, asam folat, serta berbagai mineral esensial.
Dikutip dari situs resmi Siloam Hospital, mitos tentang telur penyebab bisul tidak berdasar pada fakta medis. Penyebab utama bisul adalah infeksi bakteri, bukan jenis makanan tertentu. Jika seseorang mengalami bisul setelah makan telur, kemungkinan besar penyebabnya adalah faktor lain seperti kebersihan kulit, luka terbuka, atau sistem imun yang lemah. Telur aman dikonsumsi setiap hari dalam porsi yang wajar. Justru, menjaga kebersihan diri, menghindari menggaruk kulit, serta memperkuat daya tahan tubuh adalah langkah paling efektif untuk mencegah bisul muncul.
Selain infeksi bakteri Staphylococcus aureus, ada beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan risiko munculnya bisul. Misalnya, kontak langsung dengan penderita bisul, kurang menjaga kebersihan diri, dan luka terbuka yang terinfeksi. Selain itu, paparan bahan kimia, pemakaian produk kulit yang menimbulkan alergi, serta penggunaan pakaian ketat juga bisa memicu iritasi kulit.
Kondisi medis tertentu seperti obesitas, diabetes, dan sistem imun yang lemah juga dapat membuat tubuh lebih rentan terhadap infeksi kulit. Penderita eksim, scabies, atau yang sedang menjalani kemoterapi juga memiliki risiko lebih tinggi mengalami bisul karena kulit mereka lebih sensitif terhadap bakteri.
Meski tidak terbukti menyebabkan bisul, individu dengan alergi telur tetap perlu berhati-hati. Alergi terhadap telur bisa menimbulkan reaksi seperti gatal, ruam, bahkan pembengkakan kulit. Jika rasa gatal ini digaruk secara berlebihan hingga menimbulkan luka, maka bakteri lebih mudah masuk dan menyebabkan infeksi seperti bisul.
Reaksi alergi terhadap telur juga bisa muncul dalam bentuk gangguan pencernaan, seperti mual, diare, atau sakit perut. Dalam kasus yang jarang, alergi telur dapat menyebabkan reaksi serius seperti anafilaksis yang membutuhkan penanganan medis segera.
Kesimpulannya, telur aman dikonsumsi oleh orang yang tidak alergi, dan tidak terbukti sebagai penyebab bisul. Namun, menjaga kebersihan dan memperhatikan kondisi kulit tetap menjadi langkah utama untuk mencegah bisul. Jika memiliki alergi sebaiknya konsultasikan ke dokter untuk penanganan yang tepat.
“Baca Juga: Anker Hadirkan Powerbank Nano Super Tipis dan Portabel”